Anestesi regional adalah pilihan yang semakin banyak digunakan pada pasien geriatri, mengingat risiko anestesi umum yang lebih tinggi pada populasi ini. Namun, perubahan fisiologis terkait usia memerlukan modifikasi teknik dan pemantauan yang cermat. Artikel ini membahas pendekatan anestesi regional pada pasien geriatri, mencakup indikasi, kontraindikasi, teknik, manajemen komplikasi, dan strategi pemulihan pascabedah.
Pendahuluan
Anestesi regional merupakan teknik anestesi yang semakin banyak digunakan pada populasi pasien geriatri. Pendekatan ini melibatkan blokade saraf lokal untuk menghasilkan analgesia atau anestesi pada area tubuh tertentu, yang memungkinkan pasien tetap sadar selama prosedur bedah. Anestesi regional memiliki banyak manfaat bagi pasien geriatri, termasuk mengurangi risiko komplikasi kardiopulmoner, meminimalkan kebutuhan anestesi umum, dan meningkatkan kontrol nyeri pascabedah.

Namun, pasien geriatri menghadapi tantangan unik dalam manajemen anestesi regional, seperti perubahan fisiologis akibat penuaan, meningkatnya risiko komplikasi, dan kebutuhan untuk memodifikasi teknik anestesi. Artikel ini bertujuan untuk membahas pertimbangan khusus, teknik yang digunakan, serta strategi untuk mengoptimalkan hasil pada pasien geriatri yang menjalani anestesi regional.
Fisiologi Penuaan dan Dampaknya pada Anestesi
Penuaan menyebabkan berbagai perubahan fisiologis yang memengaruhi respon tubuh terhadap anestesi regional. Pemahaman tentang perubahan ini sangat penting untuk menyesuaikan teknik dan mencegah komplikasi.
1. Perubahan Kardiovaskular
Pada pasien geriatri, terdapat penurunan elastisitas pembuluh darah dan peningkatan resistensi perifer, yang dapat menyebabkan hipertensi kronis. Selain itu, fungsi jantung menurun karena penurunan respons terhadap beta-adrenergik, yang dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan tekanan darah selama anestesi regional. Hipotensi mendadak sering terjadi akibat blok simpatis yang diinduksi oleh anestesi spinal atau epidural.
2. Perubahan Respirasi
Penuaan memengaruhi mekanik paru, termasuk penurunan elastisitas jaringan paru dan otot pernapasan. Kapasitas vital menurun, sedangkan volume residu meningkat. Perubahan ini dapat menyebabkan hipoksia ringan selama prosedur yang melibatkan posisi tertentu, seperti posisi lateral atau prone, terutama jika digunakan anestesi regional yang memengaruhi otot-otot pernapasan.
3. Perubahan Metabolisme
Pada pasien geriatri, fungsi hati dan ginjal sering mengalami penurunan, yang memengaruhi metabolisme dan eliminasi obat anestesi lokal. Hal ini meningkatkan risiko toksisitas anestesi lokal, seperti toksisitas sistem saraf pusat (SSP) atau kardiotoksisitas. Penyesuaian dosis obat diperlukan untuk mengurangi risiko ini.
4. Perubahan Sistem Saraf
Proses penuaan menyebabkan degenerasi serabut saraf myelin dan penurunan jumlah reseptor di sistem saraf perifer. Akibatnya, sensitivitas terhadap anestesi lokal meningkat, yang memungkinkan penggunaan dosis lebih rendah untuk mencapai efek yang diinginkan. Namun, peningkatan sensitivitas ini juga meningkatkan risiko gagal blok atau komplikasi jika teknik tidak dilakukan dengan hati-hati. Geriatri cenderung lebih mudah mengalami disfungsi kognitif pascabedah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.
5. Risiko Komplikasi
Pasien geriatri lebih rentan terhadap komplikasi selama anestesi regional, termasuk:
- Hipotensi: Penurunan tonus vaskular dan kemampuan jantung untuk mengkompensasi tekanan darah rendah.
- Hipotermia: Penurunan respons termoregulasi akibat blok simpatis.
- Infeksi: Risiko infeksi meningkat pada pasien dengan sistem imun yang lemah.
Dengan memahami fisiologi penuaan ini, anestesiolog dapat mempersiapkan rencana anestesi yang lebih aman dan efektif untuk pasien geriatri.
Indikasi dan Kontraindikasi Anestesi Regional pada Geriatri
Anestesi regional memiliki indikasi luas pada pasien geriatri, tetapi juga terdapat beberapa kontraindikasi yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati. Pemilihan teknik anestesi yang tepat bergantung pada kondisi pasien dan jenis prosedur bedah.
Indikasi
Anestesi regional direkomendasikan untuk pasien geriatri dalam situasi berikut:
- Prosedur pada ekstremitas: Operasi seperti pemasangan prostesis lutut, penggantian sendi panggul, atau operasi tangan sering dilakukan dengan blok saraf perifer.
- Pembedahan abdomen atau panggul: Anestesi epidural atau spinal sering digunakan untuk operasi seperti herniotomi atau reseksi usus.
- Pasien dengan komorbiditas berat: Pasien dengan penyakit jantung atau gangguan paru-paru kronis yang memiliki risiko tinggi jika dilakukan anestesi umum.
Kontraindikasi
Kontraindikasi anestesi regional pada pasien geriatri dapat dibagi menjadi absolut dan relatif:
- Absolut:
- Infeksi pada area injeksi.
- Gangguan koagulasi berat, seperti hemofilia atau trombositopenia parah (<50.000/μL).
- Pasien yang tidak kooperatif atau mengalami delirium berat.
- Relatif:
- Penyakit jantung berat seperti stenosis aorta kritis.
- Riwayat alergi terhadap anestesi lokal tertentu.
Teknik Anestesi Regional
Terdapat berbagai teknik anestesi regional yang dapat digunakan pada pasien geriatri, tergantung pada lokasi dan jenis prosedur bedah. Berikut adalah teknik utama:
1. Blok Saraf Perifer
Blok saraf perifer melibatkan injeksi anestesi lokal di sekitar plexus saraf atau saraf tunggal. Beberapa contoh teknik yang sering digunakan:
- Ekstremitas Atas: Blok plexus brakialis (misalnya, pendekatan interskalen atau blok supraklavikular) untuk operasi bahu atau lengan atas.
- Ekstremitas Bawah: Blok femoral untuk operasi lutut atau pinggul, serta blok poplitea untuk prosedur pada kaki atau pergelangan kaki.
- Kepala dan Leher: Blok saraf trigeminal atau oksipital untuk prosedur pada wajah atau kepala.
2. Anestesi Spinal
Anestesi spinal melibatkan injeksi anestesi lokal ke dalam cairan serebrospinal di ruang subarachnoid. Teknik ini efektif untuk prosedur di bawah pusar, seperti operasi panggul atau lutut. Pada pasien geriatri, dosis rendah anestesi lokal biasanya digunakan untuk mengurangi risiko komplikasi, seperti hipotensi atau gagal napas akibat blok yang terlalu tinggi.
3. Anestesi Epidural
Anestesi epidural melibatkan injeksi anestesi lokal ke dalam ruang epidural, memungkinkan kontrol analgesia yang lebih bertahap. Teknik ini sering digunakan untuk operasi abdomen atau sebagai metode kontrol nyeri pascabedah. Epidural kontinu dengan infus larutan anestesi lokal dosis rendah (misalnya, bupivakain 0,125%) dapat memberikan analgesia yang memadai dengan risiko minimal pada pasien geriatri.
4. Kombinasi Teknik
Kombinasi anestesi spinal dan epidural (CSE) dapat digunakan untuk memberikan manfaat gabungan dari kedua teknik, seperti efek anestesi cepat dari spinal dan kontrol nyeri jangka panjang dari epidural. Teknik ini sering diterapkan pada prosedur besar seperti penggantian sendi panggul.
Pertimbangan Teknik pada Geriatri
Teknik anestesi regional pada pasien geriatri harus dimodifikasi untuk mengurangi risiko komplikasi:
- Dosis Anestesi Lokal: Gunakan dosis yang lebih rendah karena perubahan farmakokinetik dan sensitivitas saraf pada pasien geriatri.
- Monitoring yang Ketat: Pastikan tekanan darah, denyut jantung, dan saturasi oksigen dimonitor secara real-time selama prosedur.
- Komunikasi yang Efektif: Pasien geriatri sering mengalami kecemasan atau delirium, sehingga komunikasi yang jelas dapat meningkatkan kepatuhan selama prosedur.
Pemahaman tentang indikasi, kontraindikasi, dan modifikasi teknik anestesi regional sangat penting untuk memaksimalkan keberhasilan prosedur dan meminimalkan risiko pada pasien geriatri.
Monitoring Intraoperatif
Monitoring ketat selama prosedur anestesi regional sangat penting, terutama pada pasien geriatri yang rentan terhadap komplikasi. Pemantauan berfokus pada parameter vital dan tanda-tanda awal komplikasi yang mungkin muncul.
1. Parameter Monitoring
- Tekanan Darah: Hipotensi adalah komplikasi yang paling sering terjadi selama anestesi regional pada pasien geriatri. Tekanan darah harus dipantau secara kontinu, terutama pada anestesi spinal atau epidural, yang dapat menyebabkan blok simpatis.
- Denyut Jantung: Risiko bradikardia meningkat pada pasien geriatri karena sensitivitas sistem saraf otonom yang menurun.
- Saturasi Oksigen: Hipoksia harus segera dikenali, terutama jika blok saraf memengaruhi fungsi otot pernapasan.
- Status Neurologis: Pemantauan tanda-tanda toksisitas anestesi lokal, seperti parestesia atau perubahan status mental, diperlukan untuk mendeteksi toksisitas sistem saraf pusat secara dini.
Manajemen Komplikasi
Komplikasi selama anestesi regional pada pasien geriatri dapat berkisar dari yang ringan hingga mengancam jiwa. Berikut adalah komplikasi utama dan strategi penanganannya:
1. Hipotensi
Hipotensi adalah komplikasi paling umum akibat blok simpatis. Strategi manajemen meliputi:
- Pemberian cairan kristaloid atau koloid secara intravena sebelum prosedur untuk mencegah penurunan tekanan darah.
- Pemberian vasopresor seperti efedrin (5–10 mg IV) atau fenilefrin (50–100 mcg IV) jika hipotensi terjadi.
- Modifikasi posisi pasien, seperti posisi Trendelenburg ringan, untuk meningkatkan perfusi otak.
2. Toksisitas Anestesi Lokal
Toksisitas anestesi lokal dapat terjadi jika dosis obat terlalu tinggi atau jika injeksi tidak sengaja memasuki pembuluh darah. Gejala toksisitas meliputi parestesia, tinitus, agitasi, hingga kejang. Penanganannya mencakup:
- Hentikan pemberian anestesi lokal segera.
- Berikan oksigen 100% untuk mengatasi hipoksia.
- Pemberian lipid emulsion therapy (misalnya, intralipid 20% dengan dosis awal 1,5 mL/kg bolus, diikuti infus 0,25 mL/kg/menit) untuk mengatasi toksisitas sistemik.
3. Bradikardia
Bradikardia sering terjadi akibat stimulasi saraf vagus selama blok simpatis. Penanganan meliputi:
- Pemberian atropin 0,5 mg IV sebagai terapi lini pertama.
- Jika tidak responsif, pemberian epinefrin dosis rendah (10–50 mcg IV) dapat dipertimbangkan.
4. Hipoksia
Hipoksia sering terjadi akibat penurunan kapasitas paru atau efek blok saraf yang melibatkan otot pernapasan. Penanganannya mencakup:
- Pemberian oksigen melalui masker atau kanula nasal.
- Ventilasi mekanis jika diperlukan, terutama pada pasien dengan komorbiditas paru-paru yang berat.
Pencegahan Komplikasi
Pencegahan lebih baik daripada penanganan. Strategi berikut dapat membantu meminimalkan risiko komplikasi:
- Pemilihan Dosis yang Tepat: Gunakan dosis anestesi lokal yang lebih rendah pada pasien geriatri untuk mengurangi risiko toksisitas.
- Teknik yang Tepat: Pastikan identifikasi anatomi yang akurat menggunakan panduan ultrasonografi untuk meningkatkan keberhasilan blok saraf.
- Komunikasi Efektif: Jelaskan prosedur kepada pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama selama prosedur.
Dengan pemantauan ketat dan strategi pencegahan yang efektif, komplikasi selama anestesi regional pada pasien geriatri dapat diminimalkan, sehingga memberikan hasil yang optimal.
Manajemen Pascabedah pada Pasien Geriatri
Periode pascabedah pada pasien geriatri adalah fase yang sangat kritis. Dalam konteks anestesi regional, pendekatan yang hati-hati diperlukan untuk memastikan pemulihan yang optimal dan meminimalkan risiko komplikasi. Penanganan pascabedah mencakup manajemen nyeri, pemantauan ketat, dan strategi rehabilitasi.
1. Manajemen Nyeri Pascabedah
Anestesi regional sering memberikan keuntungan besar dalam pengelolaan nyeri pascabedah pada pasien geriatri. Namun, efektivitas kontrol nyeri bergantung pada teknik yang digunakan dan tindak lanjut yang memadai:
- Infus Epidural: Infus anestesi lokal dosis rendah (misalnya, bupivakain 0,125% dengan opioid seperti fentanyl 2 mcg/mL) dapat memberikan analgesia jangka panjang tanpa efek samping signifikan.
- Blok Saraf Perifer: Penggunaan kateter untuk blok saraf kontinu (misalnya, blok femoral untuk operasi lutut) dapat mengurangi kebutuhan opioid sistemik.
- Alternatif Nonopioid: Tambahkan obat seperti parasetamol (1 gram setiap 6 jam) atau OAINS (jika tidak ada kontraindikasi) untuk meningkatkan kontrol nyeri tanpa efek sedasi berlebihan.
2. Pemantauan Pascabedah
Pasien geriatri memerlukan pemantauan intensif selama 24-48 jam pertama pascabedah untuk mencegah komplikasi. Fokus utama pemantauan meliputi:
- Fungsi Kardiovaskular: Pantau tekanan darah dan denyut jantung untuk mendeteksi hipotensi atau bradikardia yang tertunda akibat anestesi regional.
- Fungsi Neurologis: Evaluasi tanda-tanda toksisitas anestesi lokal atau defisit saraf yang mungkin terjadi setelah blok regional.
- Fungsi Pernapasan: Pastikan saturasi oksigen tetap ≥94% dan ventilasi tidak terganggu, terutama jika blok saraf melibatkan otot pernapasan.
3. Rehabilitasi dan Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini sangat penting pada pasien geriatri untuk mencegah komplikasi seperti tromboemboli vena (DVT) atau pneumonia. Langkah-langkah yang dapat diambil meliputi:
- Latihan ringan pada hari pertama pascabedah jika kondisi pasien memungkinkan.
- Penggunaan alat bantu mobilitas seperti walker untuk mencegah jatuh.
- Terapi fisik yang dirancang khusus untuk mempercepat pemulihan fungsi ekstremitas.
4. Pencegahan Komplikasi Pascabedah
Pasien geriatri lebih rentan terhadap komplikasi pascabedah karena perubahan fisiologis terkait usia. Pencegahan komplikasi melibatkan:
- Profilaksis Tromboemboli: Gunakan antikoagulan dosis rendah seperti enoxaparin 40 mg/hari atau heparin subkutan jika tidak ada kontraindikasi.
- Pencegahan Hipotermia: Gunakan selimut hangat atau perangkat pemanas selama dan setelah operasi untuk menjaga suhu tubuh.
- Manajemen Nutrisi: Pastikan asupan kalori dan protein yang memadai untuk mempercepat penyembuhan luka.
Pemulihan Jangka Panjang
Pasien geriatri memerlukan pendekatan multidisiplin untuk pemulihan jangka panjang. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan meliputi:
- Tindak Lanjut Klinis: Pemeriksaan rutin oleh dokter untuk memantau perkembangan dan mendeteksi komplikasi awal.
- Konseling Pasien dan Keluarga: Berikan informasi tentang pentingnya perawatan pascabedah, termasuk manajemen nyeri dan mobilisasi.
- Pengelolaan Penyakit Penyerta: Kontrol optimal komorbiditas seperti diabetes atau hipertensi untuk meningkatkan prognosis.
Kesimpulan
Anestesi regional pada pasien geriatri menawarkan banyak keuntungan dalam pengelolaan nyeri dan mengurangi risiko anestesi umum. Namun, keberhasilan prosedur ini membutuhkan penyesuaian teknik, monitoring ketat, dan pendekatan pascabedah yang terintegrasi. Dengan perencanaan yang matang dan kolaborasi tim medis, pasien geriatri dapat menjalani prosedur bedah dengan aman dan mencapai pemulihan yang optimal.
- Barash PG, et al. Clinical Anesthesia. 8th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2017.
- Brown DL. Regional Anesthesia and Analgesia. 4th ed. Philadelphia: Saunders; 2015.
- Miller RD, et al. Miller’s Anesthesia. 9th ed. Philadelphia: Elsevier; 2020.
- Apfelbaum JL, et al. Practice Guidelines for the Perioperative Management of Patients with Obstructive Sleep Apnea. Anesthesiology. 2014;120(2):268-86.
- Chung F, et al. Perioperative Anesthetic Considerations for the Geriatric Population. Curr Opin Anesthesiol. 2020;33(3):439-45.
- Murthy BVS, et al. Regional Anaesthesia in the Elderly: Risks and Benefits. Anaesthesia. 2010;65(4):1-8.
- Hadzic A. Textbook of Regional Anesthesia and Acute Pain Management. 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2017.
- Shoar S, et al. Outcomes of Regional Anesthesia Compared to General Anesthesia in the Geriatric Population. Anesth Pain Med. 2019;9(3):e93491.
- Moore DC. Complications of Regional Anesthesia. 5th ed. New York: Springer; 2008.
- Guay J, et al. Peripheral Nerve Blocks for Hip Fractures: Cochrane Review. Cochrane Database Syst Rev. 2020;2:CD001159.
Ramadhan MF. Anestesi Regional pada Pasien Geriatri. Anesthesiol ICU. 2025;1:a11